
Jelang Idul Adha, Pengrajin Besek Bambu di Grobogan Banjir Orderan
Idul Adha, pengrajin besek bambu di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, mengalami lonjakan pesanan yang signifikan. Besek bambu, yang digunakan untuk menampung daging kurban, semakin diminati oleh masyarakat sebagai wadah praktis dan ramah lingkungan. Hal ini memberikan berkah tersendiri bagi pengrajin lokal yang kini sibuk memenuhi pesanan dari berbagai daerah.
Pesanan Meningkat Jelang Idul Adha
Sejak awal Januari 2025, pengrajin besek bambu di Grobogan menerima ribuan pesanan. Salah satunya, pengrajin di Desa Jatimulyo, Kecamatan Toroh, mengungkapkan bahwa pesanan tahun ini meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan tahun lalu. Masyarakat dari berbagai daerah memesan besek bambu untuk keperluan kurban.
“Kami sudah kebanjiran pesanan sejak sebulan lalu. Beberapa pengrajin bahkan harus lembur untuk memenuhi permintaan,” ujar Slamet, seorang pengrajin.
Keunggulan Besek Bambu
Besek bambu menjadi pilihan utama masyarakat untuk menampung daging kurban pada Idul Adha. Selain harganya yang terjangkau, besek bambu juga ramah lingkungan dan mudah dibawa. Bambu yang digunakan memiliki daya tahan yang baik, cocok untuk menampung daging kurban yang berat. Besek bambu juga memiliki nilai tradisional yang tetap diminati meskipun ada wadah modern di pasaran.
“Besek bambu lebih praktis dan ramah lingkungan. Bisa digunakan kembali dan lebih mudah terurai dibandingkan plastik,” kata Slamet.
Produksi yang Meningkat Idul Adha
Para pengrajin di Grobogan meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan tinggi. Dalam sebulan menjelang Idul Adha, seorang pengrajin dapat memproduksi ribuan besek bambu. Meski permintaan tinggi, harga besek tetap terjangkau, mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 15.000, tergantung ukuran dan kualitas bahan.
“Bahkan, kami melibatkan tetangga untuk membantu produksi. Meskipun sibuk, kami senang bisa memberikan produk yang bermanfaat,” tambah Slamet.
Dampak Positif bagi Ekonomi Lokal
Lonjakan pesanan besek bambu juga berdampak pada perekonomian lokal. Petani bambu di sekitar Grobogan merasakan manfaat dari meningkatnya permintaan bahan baku bambu, yang turut menghidupkan roda perekonomian desa.
“Sejak permintaan meningkat, kami lebih sering mengirimkan bambu ke pengrajin. Ini membantu meningkatkan pendapatan kami,” ujar Rudi, seorang petani bambu.
Antusiasme Masyarakat
Masyarakat di Grobogan dan sekitarnya juga sangat antusias dengan besek bambu. Bagi mereka, besek bambu bukan hanya wadah untuk daging kurban, tapi juga simbol tradisi yang terus dijaga. Banyak yang memilih besek bambu karena lebih praktis dan sesuai dengan nilai keberlanjutan.
“Saya selalu membeli besek bambu setiap tahun. Selain murah, ini juga lebih ramah lingkungan dibandingkan plastik,” ujar Dedi, warga Grobogan.
Penutupan
Dengan meningkatnya pesanan besek bambu jelang Idul Adha, pengrajin di Grobogan mendapat berkah tersendiri dari tradisi yang terus dijaga ini. Meskipun penggunaan plastik semakin gencar, besek bambu tetap menjadi pilihan populer karena kepraktisannya dan manfaatnya yang ramah lingkungan. Lonjakan permintaan ini juga berdampak positif pada perekonomian lokal, membantu petani bambu dan pengrajin meningkatkan pendapatan mereka. Diharapkan, tren ini akan terus berlanjut dan semakin banyak masyarakat yang beralih ke produk ramah lingkungan.