AJI, PPMI, dan UNESCO Perkuat Perlindungan Pers Mahasiswa

AJI PPMI UNESCO  Aliansi Jurnalis Independen , Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia , dan UNESCO bekerja sama untuk memperkuat perlindungan terhadap pers mahasiswa di Indonesia. Kolaborasi ini diluncurkan dalam sebuah forum diskusi publik bertajuk “Meningkatkan Kebebasan dan Keamanan Pers Mahasiswa” yang digelar di Jakarta, Senin siang.

Menyoroti Tekanan dan Ancaman terhadap Pers Mahasiswa

Dalam acara tersebut, berbagai persoalan yang kerap dihadapi pers mahasiswa diungkapkan secara terbuka. Banyak lembaga pers kampus mengalami tekanan dari pihak kampus maupun aparat, terutama ketika menerbitkan laporan kritis.

Ketua Umum PPMI, Rizky Maulana, mengatakan bahwa kebebasan berekspresi di lingkungan kampus masih jauh dari ideal. “Kami mencatat ada puluhan kasus intimidasi, sensor, hingga ancaman pembubaran terhadap pers mahasiswa dalam dua tahun terakhir,” ujarnya.

Pendekatan Kolaboratif untuk Advokasi dan Pendidikan

Menanggapi situasi tersebut, AJI dan UNESCO sepakat untuk mendorong pendekatan yang lebih sistematis dalam mendampingi pers mahasiswa. Kolaborasi ini mencakup pelatihan hukum media, advokasi kebebasan pers, serta literasi digital untuk menguatkan kapasitas jurnalis kampus.

Ketua AJI Indonesia, Sasmito Madrim, menyebut pentingnya solidaritas antarjurnalis dalam membangun iklim pers yang sehat sejak dini. “Jurnalis kampus adalah cikal bakal jurnalis profesional. Kalau di kampus mereka sudah dibungkam, ini pertanda buruk bagi masa depan demokrasi,” tegasnya.

UNESCO Dukung Upaya Perlindungan Lewat Program Global

UNESCO Indonesia, sebagai lembaga internasional yang konsisten memperjuangkan kebebasan pers, menegaskan komitmennya dalam mendukung keamanan jurnalis, termasuk jurnalis mahasiswa.

Perwakilan UNESCO, Sri Lestari, menyampaikan bahwa kolaborasi ini merupakan bagian dari program global untuk melindungi pekerja media dari tekanan, baik secara fisik maupun digital. “Kami ingin memastikan mahasiswa punya ruang aman untuk belajar, menulis, dan mengkritik tanpa rasa takut,” ungkapnya.

Seruan untuk Pemerintah dan Institusi Pendidikan

Dalam forum tersebut, para pembicara juga menyerukan agar pemerintah dan institusi pendidikan tinggi turut menciptakan lingkungan yang kondusif bagi kebebasan pers. Regulasi internal kampus yang seringkali represif terhadap pers mahasiswa diminta untuk ditinjau ulang.

“Mahasiswa bukan musuh kampus. Mereka justru mitra dalam membangun transparansi,” kata Rizky dari PPMI menutup sesi diskusi.