TNI Siap Tangani Premanisme Meresahkan Yogyakarta

TNI Siap Tangani Premanisme menyatakan kesiapannya untuk mendukung penanganan aksi premanisme yang belakangan ini meresahkan masyarakat Yogyakarta. Pernyataan tersebut disampaikan usai maraknya laporan warga tentang aksi kekerasan, intimidasi, dan penguasaan lahan oleh kelompok-kelompok tak bertanggung jawab.

Kehadiran TNI dalam isu ini menunjukkan komitmen aparat keamanan untuk menjaga stabilitas dan kenyamanan warga di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Koordinasi dengan Aparat Sipil dan Kepolisian

Menurut Danrem 072/Pamungkas Kolonel Inf Joni Pardede, TNI akan bertindak sesuai dengan aturan hukum dan selalu berkoordinasi dengan Kepolisian Daerah DIY serta pemerintah setempat. Ia menegaskan bahwa peran TNI bukan untuk mengambil alih tugas kepolisian, melainkan untuk membantu jika situasi sudah mengancam stabilitas keamanan.

“Kami tidak tinggal diam jika rakyat merasa terancam. Kami siap membantu, tentunya sesuai koridor hukum dan permintaan dari pihak berwenang,” tegasnya.

Masyarakat Diminta Tidak Takut

Selain itu, TNI meminta masyarakat untuk tidak takut melapor jika mengalami atau menyaksikan aksi premanisme. Laporan dari warga sangat penting sebagai dasar tindakan bagi aparat.

Pihak Kodim dan Koramil di seluruh wilayah DIY juga diminta untuk meningkatkan komunikasi dengan masyarakat. Ini dilakukan agar informasi di tingkat bawah cepat diterima dan bisa segera ditindaklanjuti.

Aksi Premanisme Ganggu Rasa Aman

Belakangan ini, Yogyakarta kerap diganggu oleh ulah kelompok tertentu yang bertindak semena-mena. Tidak hanya melakukan intimidasi, mereka juga diduga terlibat dalam penguasaan aset warga dan fasilitas umum tanpa izin.

Hal ini menuai kecaman dari berbagai tokoh masyarakat, termasuk akademisi dan aktivis sosial. Mereka mendesak aparat untuk bertindak tegas dan tidak membiarkan premanisme tumbuh subur di tengah masyarakat.

Langkah Pencegahan dan Penindakan

Sebagai langkah awal, TNI bersama kepolisian akan meningkatkan patroli wilayah, terutama di titik-titik rawan. Selain itu, pendekatan persuasif juga akan dilakukan melalui komunikasi sosial dan pembinaan kepada kelompok masyarakat.

“Kami ingin DIY tetap aman, damai, dan nyaman bagi semua. Tidak boleh ada yang merasa lebih berkuasa dari hukum,” ujar Danrem menegaskan.