Ini Momen-momen Kritis Yuan Usai China Dihajar Habis-habisan Trump

Nilai tukar yuan sempat terpuruk akibat tekanan ekonomi besar-besaran dari mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Kebijakan tarif tinggi dan retorika tajam dari Trump mengguncang stabilitas ekonomi China. Dampaknya terhadap yuan masih terasa hingga saat ini.

Awal Guncangan: Perang Dagang dan Melemahnya Yuan

Pada tahun 2018, Trump memulai perang dagang dengan China. Amerika mengenakan tarif terhadap ratusan miliar dolar produk asal Tiongkok. Ketegangan itu membuat investor global panik dan langsung memicu pelemahan yuan.

“Ketegangan membuat pasar gelisah. Yuan terpukul cukup dalam,” ujar analis mata uang di Beijing.

Puncaknya terjadi pada Agustus 2019, saat yuan menembus batas psikologis 7 terhadap dolar AS. Ini pertama kalinya sejak krisis global 2008. Pemerintah AS menuduh China memanipulasi mata uang.

Respon Bank Sentral dan Upaya Stabilitas

People’s Bank of China (PBOC) bergerak cepat. Mereka intervensi di pasar valuta asing, menurunkan suku bunga, dan memakai cadangan devisa untuk menjaga nilai tukar. Namun tekanan belum usai. Trump juga membatasi akses teknologi untuk perusahaan-perusahaan China seperti Huawei, menambah beban pada ekonomi.

Saat Pandemi: Yuan Sempat Menguat

Tahun 2020, saat pandemi melanda, China pulih lebih cepat dari negara lain. Ekspor meningkat, investasi asing kembali masuk. Yuan pun sempat menguat kembali.

“Pemulihan ekonomi cepat memberi kepercayaan pada investor,” kata pengamat dari Shanghai.

Namun, ketegangan politik dengan AS masih berlanjut hingga kini.

Setelah Trump: Stabil, Tapi Masih Rawan

Meski Trump telah lengser, sebagian besar kebijakannya belum dicabut oleh pemerintahan Biden. Tarif masih berlaku, dan pembatasan akses teknologi tetap berjalan. Yuan kini lebih stabil, tapi bayang-bayang ketidakpastian tetap ada.

Strategi Baru: Diversifikasi dan Yuan Digital

China mulai memperkuat yuan lewat perdagangan lintas negara dalam mata uang lokal dan pengembangan yuan digital (e-CNY). Langkah ini dianggap penting untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS dan memperkuat kedaulatan finansial Tiongkok.

“Digital yuan bisa menjadi alat strategis untuk menghadapi tekanan geopolitik,” ungkap pejabat PBOC.

China masih harus melewati banyak tantangan, namun momen-momen kritis ini telah mengubah arah kebijakan keuangan mereka secara signifikan.