
80 Desa Mengalami Kekeringan di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah
80 desa di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, mengalami kekeringan akibat musim kemarau panjang yang melanda wilayah tersebut. Kondisi ini menyebabkan ribuan warga kesulitan mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, termasuk konsumsi dan pertanian.
Krisis Air Bersih Melanda 80 Desa
Musim kemarau yang berkepanjangan membuat sumber-sumber air di sejumlah desa mengering. Sumur-sumur warga mulai surut, sementara beberapa sungai dan embung yang biasanya menjadi sumber air cadangan juga mengalami penyusutan drastis. Akibatnya, warga harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk mendapatkan air bersih.
“Saya harus berjalan sekitar 3 kilometer untuk mengambil air dari sumber mata air yang masih tersisa. Kadang, kami juga harus antre dengan warga desa lain,” kata Wati, salah seorang warga Desa Ngraji.
Dampak Terhadap Sektor Pertanian
Selain berdampak pada kebutuhan rumah tangga, kekeringan ini juga menyebabkan sektor pertanian mengalami penurunan produktivitas. Sawah yang bergantung pada irigasi mulai mengalami retak-retak karena kurangnya pasokan air, sehingga mengancam hasil panen para petani.
“Tanaman padi kami mulai mengering, bahkan banyak yang gagal panen. Kami terpaksa mengeluarkan biaya tambahan untuk mencari sumber air alternatif, seperti menyewa pompa air,” ujar Sukarno, seorang petani di Kecamatan Tegowanu.
Upaya Pemerintah dalam Penanggulangan Kekeringan 80 Desa
Pemerintah Kabupaten Grobogan telah melakukan berbagai langkah untuk membantu warga terdampak. Salah satunya dengan menyalurkan bantuan air bersih ke desa-desa yang mengalami kekeringan parah.
“Kami telah mengerahkan truk tangki air untuk mendistribusikan bantuan ke desa-desa terdampak. Selain itu, kami juga sedang berkoordinasi dengan pihak terkait untuk mencari solusi jangka panjang dalam mengatasi kekeringan,” ungkap Kepala BPBD Grobogan, Suharto.
BMKG Peringatkan Kemarau Panjang
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan bahwa musim kemarau tahun ini diperkirakan akan berlangsung lebih lama dari biasanya. BMKG mengimbau masyarakat untuk menghemat penggunaan air dan mencari alternatif sumber air bersih agar bisa bertahan selama periode kekeringan.
“Kami mengimbau warga agar lebih bijak dalam menggunakan air dan pemerintah setempat dapat mencari solusi, seperti pembangunan sumur bor atau embung tambahan,” kata Kepala BMKG Semarang, Antonius Wijaya.
Harapan Masyarakat
Warga berharap pemerintah dapat segera menemukan solusi jangka panjang untuk mengatasi masalah kekeringan yang kerap melanda wilayah Grobogan setiap tahunnya. Pembangunan infrastruktur air bersih dan perbaikan sistem irigasi diharapkan dapat menjadi langkah efektif dalam mengatasi krisis air di masa mendatang.
Dengan berbagai upaya yang dilakukan, masyarakat Grobogan berharap kondisi ini segera membaik dan mereka dapat kembali menjalani aktivitas sehari-hari tanpa harus khawatir dengan ketersediaan air bersih.